Drawing the light

Senin, 08 September 2014

MDT-DT Dilantik di Kantor Kemendagri

MDT-DT Dilantik di Kantor Kemendagri
DECKZWAR, TAMBOLAKA -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Gamawan Fauzi, akan melantik Markus Dairo Talu, S.H - Drs. Ndara Tanggu Kaha (MDT-DT) sebagai Bupati-Wakil Bupati Sumba Barat Daya (SBD) masa jabatan 2014-2019.
Pelantikan berlangsung di Gedung Sasana Bhakti Praja Lantai 3 Kantor Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Jalan Medan Merdeka, Jakarta, Senin (8/9/2014).
Pelaksana Tugas (Plt) Bupati SBD, Drs. Antonius Umbu Zaza, M.Si dan Wakil Ketua DPRD SBD, Jusuf Mallo, menyampaikan itu saat dihubungi Jumat (5/9/2014) sore. "Pelantikan MDT-DT harus berjalan karena ada perintah. Apalagi semua tahap sudah dilalui," tandas Jusuf Mallo.
Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan, pada Jumat pagi ada rapat di Kemendagri, dihadiri Mendagri Gamawan Fauzi, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya. Selaku pimpinan DPRD SBD, Jusuf Mallo juga hadir. "Rapat itu, intinya membicarakan tentang protokoler, tata cara pelaksanaan pelantikan, berapa undangan yang hadir. Jadi, semua sudah ready (siap). Nanti hari Minggu (7/9/2014) gladi bersih," jelasnya.
Mengenai kehadiran anggota DPRD SBD, Jusuf Mallo mengatakan, semua diundang, namun karena pada tanggal 9 September 2014 akan ada pelantikan anggota DPRD SBD yang baru sehingga tidak mesti semua anggota DPRD SBD harus hadir.
"Paripurna pelantikan ini tidak perlu quorum. Yang penting ada unsur pimpinan dan anggota Dewan hadir," ujarnya.
Jusuf Mallo mengatakan, jika ketua DPRD SBD berhalangan hadir, maka dia siap memimpin paripurna pelantikan Bupati- Wakil Bupati SBD.
Plt Bupati SBD, Antonius Umbu Zaza, mengaku menerima dua telex dari Ditjen Otda. Telex Nomor T.131/53/3488/OTDA ditujukan kepada Gubernur NTT, Forkopimda NTT, Pimpinan DPRD SBD, Plt Bupati SBD dan Forkopimda SBD.   Isi telex tersebut, jelas Umbu Zaza, pelantikan MDT-DT dilaksanakan tanggal 8 September di Gedung Sasana Bhakti Praja Lantai 3 Kemendagri.
Telex kedua Nomor T.094/3487/OTDA, ditujukan kepada Gubernur NTT. Bunyi telex,  menindaklanjuti surat saudara Nomor Pem.131/304/II/2014 tanggal 11 Agustus 2014 hal pengambilan sumpah/janji Bupati-Wakil Bupati SBD yang intinya menyerahkan proses pelantikan MDT-DT sebagai Bupati-Wakil Bupati SBD masa jabatan 2014-2019 kepada Mendagri, bersama ini disampaikan: Memberitahukan kepada Gubernur NTT guna menugaskan Sekda NTT, Karo Pem dan kepada Plt Bupati SBD agar menugaskan Sekda SBD, Sekwan DPRD SBD dan memberitahukan kepada pimpinan DPRD SBD untuk hadir dalam rapat persiapan pelantikan pada hari Jumat (5/9/2014) pukul 09.00 WIB bertempat di ruang rapat Dirjen Otda lantai 8 Gedung F Kemendagri, Jalan Medan Merdeka Utara Nomor 7 Jakarta Pusat.
"Telex kedua ini saya terima Kamis jam 10 malam. Minta kami hadiri rapat yang digelar jam 9 pagi di Depdagri. Bagaimana bisa hadir karena dapat informasi jam 10 malam. Karena waktunya mepet sehingga tidak mungkin dapat alat transportasi, kecuali dari Kodi ke Tambolaka. Jadi, saya tidak hadir. Bukan karena saya tidak mau, tapi karena transportasi tidak ada," jelas Umbu Zaza.
                                              
Wajib Hadir
Mengenai pelantikan MDT-DT di Jakarta, Umbu Zaza mengatakan, akan menghadiri acara pelantikan. "Saya wajib hadir. Saya sedang upayakan tiket," ujarnya.
Ia menjelaskan, pada tanggal 9 September 2014 ada pelantikan anggota DPRD SBD periode 2014-2019. Selain itu, lanjutnya, ada kunjungan Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) bersama Pangdam Udayana dan Wakapolda Bali untuk melihat lokasi pembangunan radar di Kahale, Kodi.
"Saya upayakan agar dua kegiatan ini saya hadir," katanya.

Tindakan Dirjen Otda Provokatif
KETUA DPRD Kabupaten SBD, Yosep Malo Lende mengatakan, mendapat informasi dari Karo Tatapem Setda NTT,  Silvester Banfatin, bahwa ada undangan dari Dirjen Otda untuk menghadiri pertemuan pada Jumat pagi.
"Rapat itu dengan agenda persiapan pelantikan. Saya tidak hadir," kata Malo Lende, saat dihubungi Kamis (4/9/2014) malam.
Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan, tidak mengetahui informasi tentang pelantikan MDT-DT di Kemendagri pada Senin (8/9/2014).   "Sama sekali saya tidak tahu. Setahu saya belum ada Keputusan Presiden (Keppres). Lalu apa rujukan Mendagri untuk melantik? Kalau ada Keppres dipublikasi, mana, jangan atur diam-diam di Kemendagri," tandas Malo Lende.
Malo Lende mengritik sikap Dirjen Otda. Menurutnya, apa yang dilakukan Dirjen Otda (Djohermansyah Djohan) merupakan tindakan provokatif. Malo Lende menegaskan, pihaknya saat ini fokus persiapan pelantikan anggota DPRD SBD periode 2014-2019 yang akan berlangsung tanggal 9 September 2014.

Pemprov Dapat Undangan
Pemprov NTT sudah mendapat pemberitahuan resmi terkait pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Sumba Barat Daya (SBD) dari Mendagri pada Jumat (5/9/2014). Sekda NTT, Frans Salem kepada Pos Kupang Jumat (5/9/2014) malam membenarkan sudah ada surat pemberitahuan dari Mendagri.
Ia mengatakan, surat pemberitahuan itu sekaligus undangan untuk menghadiri pelantikan itu.
"Sudah. Suratnya difax tadi. Tentang pelantikan bupati dan wakil bupati pada hari Senin. Ini pemberitahuan sekaligus mengundang hadir," ujarnya.
Ditanya apakah gubernur akan hadir, Frans  mengatakan, ia belum mengetahui apakah gubernur hadir pelantikan atau tidak. Yang jelas, lanjutnya, sebagai sekda ia tidak hadir pada tanggal itu karena ada kegiatan yang sudah terjadwal sebelumnya. "Saya ada kegiatan, saya belum tahu Pak Gubernur apakah hadir atau tidak," katanya.
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, belum berhasil dikonfirmasi. Dihubungi melalui SMS, tidak ada balasan.

Sumber : klik disini.
Share:

Pose Bung Karno, Mitos, dan Sejarah Tak Rampung Patung Pancoran


Pose Bung Karno, Mitos, dan Sejarah Tak Rampung Patung Pancoran
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Patung Dirgantara atau yang lebih dikenal sebagai Patung Pancoran, di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

DeckzWarNews-Sosok lelaki berotot kekar dengan tangan terulur ke depan seolah menunjuk ke sebuah arah, akan terlihat jelas setiap orang melintasi jembatan layang di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
Berbalut awan putih atau langit senja, sosok setinggi 11 meter itu dengan tiang penyangga menjulang 27 meter tersebut, menjadi pemandangan yang sejenak mengalihkan perhatian dari sesaknya jalanan di kawasan ini. Orang-orang menyebutnya Patung Pancoran.
"Nama aslinya adalah patung Dirgantara," kata Hubertus Sadirin, ahli konservatori dari Balai Konservasi Dinas Pariwisata, Sabtu (6/9/2014). Patung ini dibuat oleh pematung Indonesia, Edhi Sunarso, pada 1964-1965.
Dibangun pada era pemerintahan Presiden Soekarno, papar Sadirin, patung ini dibangun untuk menunjukkan kekuatan, kepemimpinan, dan kemegahan Indonesia di udara, di dirgantara. Bila cermat diamati, lanjut dia, lokasi patung ini berada tepat di depan Markas Besar Angkatan Udara.
Pose Bung Karno
Namun, pembuatan patung tersebut juga melibatkan antara lain keluarga Arca Yogyakarta, perusahaan Pengecoran Patung Perunggu Artistik Dekoratif Yogyakarta pimpinan I Gardono, dan PN Hutama Karya dengan Sutami sebagai arsitek pelaksana.
"Model patung ini adalah Bung Karno (Soekarno, red). Beliau memeragakan pose-nya. Namun, wajah patungnya adalah Pak Edhi," tutur Sadirin.
Patung Pancoran dibuat dengan bahan perunggu. Adapun tiang penyangganya berbahan beton. Total bobot patung ini mencapai 11 ton. Dengan bahan tersebut, biaya pembuatannya pun tak murah tetapi Sadirin tak bisa menyebutkan nominal biaya yang tepat.
Sekalipun memiliki filosofi dan makna yang positif serta harapan tinggi akan kedirgantaraan Indonesia, proses penyelesaian patung sempat terkendala peristiwa G30S pada 1965. Apalagi, saat itu kondisi kesehatan Bung Karno juga terus menurun. "Ini adalah patung terakhir yang digagas ide cemerlang dan idealisme Bung Karno."
Mitos ujung jari
Beragam mitos pun membalut patung ini, salah satunya adalah mitos ujung jari. Patung ini berdiri menghadap utara. Jarinya pun menunjuk ke arah yang jauh.
Arah jari menunjuk tersebut diyakini oleh sebagian kalangan sebagai penunjuk lokasi kekayaan rahasia milik Bung Karno. Namun, kalangan lain berpendapat arah telunjuk itu mengarah ke Pelabuhan Sunda Kelapa.
Ada pula yang berpendapat ujung jari ini merupakan perlambang sapaan dan sambutan bagi orang-orang yang baru tiba di Jakarta melalui Bandara Halim Perdana Kusuma.
"Mitos itu bukan berdasar kajian ilmiah," tegas Sadirin. "Pak Edhi sendiri sempat cerita kalau tidak ada indikasi seperti itu. Patung ini kan adanya di belakang markas AU jadi ya gambarannya untuk memimpin penerbangan Indonesia agar lebih maju," papar dia.
Patung yang tak rampung
Sadirin mengungkap satu hal lagi yang tak banyak diketahui publik. "Patung ini sebenarnya belum jadi. Sampai sekarang."
Bila dilihat dari kejauhan, kata Sadirin, patung ini seolah sudah sempurna dan tak beda dengan patung karya Edhi lainnya. Patung lain itu antara lain patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat.
Namun, lanjut Sadirin, bila diamati lebih dekat, patung Pancoran akan terlihat permukaannya masih kasar dan kentara banyak tambalan las penyambung satu bagian dengan bagian lain.
"Dulu, ketika membuat patungnya, pak Edhi mengumpulkan semua barang-barang yang terbuat dari perunggu kemudian dilebur, dan beberapa bagian lainnya disambung. Makanya kesannya jadi kasar," papar Sadirin.

Meski menyebut patung itu belum rampung, Sadirin mengatakan tak ada rencana untuk merampungkan patung itu. "Karena dari awal sudah begini maka kami hanya menjaga cagar budaya ini sesuai bentuk aslinya," kata dia.
Selain belum rampung, patung yang satu ini juga ternyata tak pernah diresmikan. Saat patung sudah berbentuk seperti sekarang, Bung Karno telah meninggal.
"Rencananya, setelah patung dibersihkan, kami akan membuat laporan sekaligus mengajukan gagasan untuk meresmikan patungnya," kata Sadirin. "Ini kan benda cagar budaya. Jadi akan lebih baik kalau diresmikan."

Sumber : klik disini.
Share:

Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah sebuah perjuangan. Hadapilah dengan semangat. Hiduplah dengan semarak.

Weapon

Weapon

Theme Support