Drawing the light

Minggu, 05 Februari 2012

Kiper Paling Songong

Share:

Awan Jatuh Ke Bumi.mp4

Share:

IKAN LELE RAKSASA

Share:

Video Manohara.flv

Share:

Wi-Fi Kurangi Kesuburan Pria?

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Penelitian terbaru, meskipun dalam skala kecil menunjukkan bahwa penggunaan Wi-Fi dapat merusak sperma dan menurunkan kesuburan pria. Penyebabnya, menurut Reuters Health, disebabkan karena radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh perangkat komunikasi nirkabel.
Dalam studi yang dipublikasikan dalam jurnal Fertility and Sterility, peneliti mengambil sampel semen dari 29 sukarelawan sehat. Semen diletakkan di bawah laptop Wi-Fi-enabled dan terhubung ke internet. Setelah empat jam, 25 persen sperma tak lagi berenang. Sembilan persen dari semen yang diuji bahkan mengalami kerusakan DNA. Sementara itu, sampel semen yang diletakkan di dekat laptop yang dihidupkan tapi tak terhubung dengan internet menunjukkan kerusakan minimal. Begitu pula dengan sampel yang disimpan secara terpisah.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa penggunaan komputer laptop terhubung ke Internet dan diposisikan dekat organ reproduksi laki-laki dapat menurunkan kualitas sperma," demikian ditulis oleh para peneliti dalam jurnal tersebut. Namun, mereka masih belum yakin apakah temuan ini berlaku pada semua perangkat nirkabel, atau ada faktor lain yang berpengaruh.
Temuan ini cukup mencemaskan jutaan pria yang biasa menggunakan laptop di pangkuan mereka, atau menyimpan smartphone di saku. Menurut American Urological Association, hampir satu dari enam pasangan Amerika mengalami kesulitan hamil. Setengah dari kesulitan kehamilan itu disebabkan karena masalah pada kesuburan pria.
Untuk kesuburan yang optimal, seorang pria harus memiliki 70 juta sperma per milimeter. Faktor lingkungan merupakan salah satu yang cukup berpengaruh dalam  menurunkan jumlah sperma. Studi yang diterbitkan pada awal November menunjukkan bahwa panas yang dihasilkan karena memegang laptop selama 10-15 menit berbahaya untuk merusak sperma.
Beberapa ilmuwan mengatakan mereka tidak percaya menggunakan laptop akan membuat pria mandul. Tapi, dalam kasus ini mereka menyarankan agar menggunakan laptop di meja, tidak di pangkuan.
Share:

Apakah Jus Buah dan Sayur itu Sehat ?

Tak Selamanya Jus Buah dan Sayur Itu Sehat

TRIBUNNEWS.COM - Banyak orang menganggap memulai hari dengan segelas jus buah dan sayuran adalah hal yang menyehatkan. Namun, ternyata manfaat kesehataan jus buah tidak seperti yang terpikirkan. Dalam kondisi tertentu, jus buah juga menyimpan bahaya bagi kesehatan.
Para ilmuwan mengklaim bahwa jus buah mengandung gula terlalu banyak yang justru dapat meningkatkan risiko penyakit kanker. Bahkan ketika diproses dan dikemas, banyak zat dalam buah-buahan yang melindungi tubuh dari penyakit, justru menghilang.
Peneliti Australia telah mencoba mengungkapkan seberapa efektif dari berbagai buah, sayuran, dan jus dalam mencegah perkembangan kanker usus besar. Mereka membuat kuesioner untuk 2.200 orang yang berhubungan dengan makanan mereka sehari-hari. Tim peneliti kemudia melacak responden selama dua tahun untuk melihat pola perkembangan penyakit.
Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang makan buah dan sayuran seperti apel, kubis, kembang kol, dan brokoli akan mengurangi risiko kanker colon. Namun, mengejutkan, mereka yang mengonsumsi jus buah berisiko tinggi terkena kanker.
Studi yang dipublikan dalam Journal of the American Dietetic Association menemukan bahwa mereka yang minum jus buah lebih dari tiga gelas sehari lebih mungkin terkena kanker anal, salah satu bentuk kanker usus.
Para peneliti mempercayai bahwa tingginya kandungan gula dalam jus memicu pertumbuhan sel kanker. Banyak zat yang hilang ketika proses mengolah jus seperti serat, vitamin C, dan antioksidan. Padahal, zat-zat ini yang dapat mencegah munculnya kanker.
Selama bertahun-tahun, kita disarankan mengonsumsi lima porsi buah dan sayuran, termasuk segelas jus. Peneliti Inggris telah mengklaim bahwa jus mengandung gula terlalu banyak. Para ilmuwan dari Universitas Balos, Wales, mengatakan lebih baik mengonsumsi buah kering daripada jus. Karena faktanya, jus buah segar diperas ditambahkan lima sendok teh gula dalam gelas masing-masing.
Sementara, ahli diet lain mengatakan masih lebih sehat minum jus buah dibandingkan minuman lainnya.
Namun, yang pasti dari hasil penelitian ini, makanan tinggi serat dapat membantu mengurangi risiko kanker. Mungkin akan lebih baik jika Anda memakan saja langsung buah segar dengan dipotong-potong tanpa harus dibuat jus sehingga kandungan serat tidak hilang. Kalaupun harus dibuat jus, buatlah tanpa diberi tambahan gula.
Share:

Dampak Negatif Teknologi Bagi Anak

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA---Mengajari anak memakai komputer, internet, atau ponsel, ternyata tidak selamanya baik. Ada kecenderungan, anak-anak yang lebih dini mengenal kecanggihan teknologi komunikasi ini akan punya kemampuan dan keterampilan sosial dan empati yang lebih rendah.

''Saat ini jika anak kecewa, ada kecenderungan mereka menarik diri, marah, mudah putus asa atau frustrasi. Sekarang toleransi anak-anak juga  rendah,  kata  psikolog RSUP Dr Sardjito dan dosen psikologi Fakultas Kedokteran UGM, Dr Indria Laksmi Gamayanti, Kamis (2/1).
Belum lagi bila anak bisa mengeksplorasi situs porno. Meskipun ahli teknologi informasi mengatakan ada proteksi, situs porno terbukti masih dapat diakses oleh anak-anak. ''Ada kejadian seorang guru memberi tugas kepada anak untuk mencari sebuah informasi di internet, tetapi ternyata yang keluar situs porno. Ada klien saya cerita, anaknya yang baru berusia enam tahun, mendapat kiriman video mesum artis,'' ungkap psikolog perkembangan ini.
Karena itu Gamayanti tidak setuju apabila anak TK dan SD sudah belajar komputer dan siswa disuruh mengakes sendiri. Dia pun menyarankan agar proses belajar menarik dan hidup, sebaiknya menggunakan LCD proyektor. Atau, lebih baik hanya guru yang menggunakan komputer serta menjelaskannya, sedangkan murid melihatnya.
Share:

Seperti Alkohol dan Rokok, Gula Juga Berbahaya


Ghiboo.com - Gula dianggap 'racun' dan bersifat adiktif layaknya alkohol dan rokok, sehingga perlu ada peraturan khusus yang mengaturnya, demikian yang dilansir melalui Dailymail, Kamis (2/2).
Menurut peneliti dari University of California, kebijakan baru terhadap penjualan gula seperti penetapan pajak dan perundang-undangan perlu diambil guna mengontrol pengonsumsiannya.
Peneliti menganggap kebijakan ini penting, karena seseorang yang kecanduan gula dapat memicu masalah kesehatan, seperti obesitas, penyakit jantung dan liver. Tak hanya itu, peneliti juga mengklaim sekitar 35 juta orang meninggal dunia setiap tahun di seluruh dunia akibat tak terkendalinya pengonsumsian gula.
Peneliti juga mengingatkan bahwa kini masalah obesitas merupakan masalah yang lebih besar dibandingkan malnutrisi di seluruh dunia. Terbukti, konsumsi gula di seluruh dunia meningkat tiga kali lipat selama 50 tahun terakhir dan dianggap sebagai penyebab cikal bakal obesitas.
Gula tidak hanya membuat orang menjadi gemuk, tetapi juga mengubah metabolisme tubuh, menaikkan tekanan darah, membuat hormon tidak seimbang dan membahayakan liver.
Pimpinan peneliti Robert Lusting mengungkapkan menyuruh anak-anak untuk menjaga pola makan dan melakukan olahraga rutin serta membatasi distribusi produk makanan minuman manis bukanlah cara yang efektif.
Penelitian ini menyarankan agar pemerintah mengenakan pajak dua kali lipat untuk penjualan produk dengan gula tinggi, menetapkan usia pembeli (di atas 17 tahun) dan memperketat pengawasan penjualan otomatis dan snack bar yang mengandung gula tinggi di sekolah.
Share:

Candu Lebih dari Rokok dan Alkohol

Jejaring Sosial Lebih Candu dari Rokok dan Alkohol

deckzWAR.blogspot.com - Melawan keinginan untuk tidak memeriksa situs jejaring sosial agar lebih update ternyata lebih sulit daripada menolak minum minuman beralkohol dan merokok, demikian hasil penelitian terbaru.
Temuan ini didasari pada survei yang dilakukan oleh peneliti dari University of Chicago Booth School of Business di Amerika terhadap 250 orang. Peneliti memberi peserta sebuah software untuk memasukkan 8.000 laporan tentang keinginan sehari-hari para peserta.
Peneliti menemukan tidur dan seks adalah dua hal yang paling diinginkan setiap orang sepanjang hari. Namun, hasil penelitian yang akan dipublikasikan dalam Psychological Science Journal ini menunjukkan hampir sebagian besar partisipan mengungkapkan mengecek situs jejaring sosial merupakan hal yang paling sulit untuk ditolak.
Sebagai perbandingan, peneliti menemukan keinginan akan minuman alkohol dan rokok jauh lebih rendah dibandingkan mengecek Twitter dan Facebook. Padahal keduanya merupakan jenis kecanduan yang paling populer.
Penelitian yang dipimpin oleh Wilhelm Hofmann ini mengatakan tuntutan kehidupan modern membuat banyak orang sulit untuk mengontrol diri.
Semakin partisipan menahan diri untuk tidak memeriksa timeline atau menulis status update di jejaring sosial, maka akan semakin memperbesar keinginan mereka untuk mengaksesnya.
"Seiring berjalannya waktu, keinginan dan kontrol diri seseorang menjadi rendah, sehingga upaya untuk menahan godaan agar tidak membuka situs jejaring sosial lebih mungkin gagal," ungkap Hoffmann, seperti dilansir melalui Telegraph, Kamis (2/2).
Share:

Mengenai Saya

Foto saya
Hidup adalah sebuah perjuangan. Hadapilah dengan semangat. Hiduplah dengan semarak.

Weapon

Weapon

Arsip Blog

Theme Support