Posted by asmarie On Februari - 9 - 2012
Akhirnya tiba juga di negeri yang
terkenal dengan gajahnya ini. Negeri yang hampir mirip dengan bangsaku
ini, tidak ada perbedaaan bahkan waktunya pun hampir sama dengan
Jakarta. Saya tiba di bandara Internasional Phuket. Bandara yang
dikatakan tersibuk pertama di Thailand setelah bandara Suvarnabhumi di
Bangkok. Seperti apa disana? Saya mau berbagi cerita sedikit tentang
liburan kali ini. Sangat menarik dan sangat unik tentunya.
.
Satu jam perjalanan dari bandara menuju
hotel tempat penginapan kami. Yah, kami. Saya dan dua adik kandung saya
(Diaz Ananta & Karina Delftya) dan sahabat adik saya. Liburan di
awal februari menjadi agenda tak terduga bagi kami bertiga sebenarnya.
Namun, jenuhnya kota Semarang, membuatku meng-iyakan ikut liburan ke
pulau yang ada di Thailand ini.
.
Beberapa hari disana, saya menemukan
sesuatu yang sangat unik dan berbeda dari negara saya. Angin malam yang
menghembus kota ini yang hampir mirip dengan Bali tak ayal menjadi surga
bagi wisatawan mancanegera. Yang pernah ke Bali, pasti tahu bagaimana
rasanya.
Mall
Saya mulai dari mall yang ada. Semua
bangunan melebur menjadi satu. Sebenarnya tak ada bedanya dengan yang
ada di Indonesia, tapi karena menjadi satu inilah, akses ke mall yang
ada sangat mudah. Disini, mata saya mulai melihat keunikan tersendiri.
Baru kali ini melihat mal yang isinya tukang pijit semua. Kebanyakan sih
pijit wajah atau facial. Bahkan mirip di mangga dua yang dimana malnya
seluruh isinya adalah barang-barang elektronik. Disinipun begitu juga,
mal ini malah hampir tiap sudut ada tukang pijit.
Parkir Motor
Jalan-jalan disini, saya menyempatkan
menyewa kendaraan roda dua alias motor. Banyak masyarakat disini
memanfaatkan rental (penyewaan) sebagai mata pencarian mereka. Mulai
dari mobil dan motor serta lainnya. Sambil menikmati sore yang indah,
motor yang dipacu oleh adik saya, berkali-kali berhenti di beberapa
tempat. Uniknya, tiap berhenti kita nggak pernah bayar parkir termasuk
di mal sekalipun. Berbeda dengan di Indonesia. Yang tiap jam makin
bertambah harganya
My family : Diaz, Karin dan Difa
Sawaddi
Kata pertama yang saya pelajari disana.
Itu artinya selamat pagi. Masyarakat disini yang hidupnya sudah
bergantung dengan wisatawan ini memang tak begitu fasih dengan bahasa
Inggris. Namun, ketika saya menggunakan bahasa Inggris yang
terbata-bata, mereka cukup mengerti rupanya. Dari situlah saya
diberitahukan cara mengucapkan selamat pagi di sana. Sawaadi, Selamat
pagi.
Bilyar number hits
Setiap penginapan disini ada tempat
bilyar, dan itu laris. Itulah kesan yang saya dapatkan disini. Hobi saya
yang suka dengan bola warna-warni memang sangat luar biasa. Ada
kenikmatan tersendiri ketika bermain bilyar. Disini, dimanfaatkan benar
oleh para penyedia tempat penginapan. Bagaimana di Indonesia? Sepertinya
nggak semua ada permainan dan termasuk olahraga tangan ini.
No Kecap
Apakah kalian suka menikmati makanan
dengan kecap? Jika iya, maka kalian harus membawa sendiri ke sini.
Karena disini tidak ada kecap. Entahlah apa yang menjadi alasan mengapa
kecap ditiadakan disini. Bukan ditiadakan tapi tidak ada yang
menggunakannya untuk makanan.
Plat putih jadi plat umum
Saya sampai sekarang masih terheran-heran
denga kota Semarang yang masih jarang sekali memperbolehkan plat putih
beredar. Jika ada, bisa dihitung. Bila plat putih pada kendaraan di
Indonesia bermakna kendaraan tersebut masih baru, maka disana sangat
berbeda. Plat putih adalah plat umum yang biasa digunakan. Indonesia,
plat hitam
Masjid = masjid
Beberapa kali berbicara dengan masyarakat
disana, ternyata untuk menyebutkan tempat ibadah umat muslim disana
hampir mirip dengan yang ada di Indonesia yaitu masjid.
Cari ATM mudah
Saya sangat terbantu dengan adanya ATM
disini. Bahkan untuk menukar uang disini lebih murah dan mudah ketimbang
money changer. Kurs nya lebih sesuai, mengingat tiap sudut kota selalu
ada tempat-tempat yang menyediakan layanan tukar uang.
Boy Like Girl (Waria)
Beberapa hari sebelum keberangkatan, saya
nonton film Hangover 2 dimana syutingnya di negara Thailand. Disitu
diperagakan bagaimana wanita-wanita yang sejatinya pria tersebut begitu
cantik-cantik. Dan ketika berjalan-jalan di negara ini, akhirnya saya
membuktikannya sendiri. Mereka ada dimana-mana, hampir setiap hari, dan
mereka disana memang dibolehkan untuk bekerja artinya kehidupan mereka
disana sangat legal.
Boxing day
Suara dibelakang memekik telinga saat
berjalan melintasi jalanan kota yang hampir tak beda dengan Bali ini.
Yah, disini sangat terkenal dengan olahraga Boxing. Suara yang memekik
telinga tersebut adalah promosi dari kejuaraan yang dipentaskan buat
acara malam harinya. Uniknya, mereka menggunakan kendaraan roda dua
untuk berkeliling di jalan sambil beradegan tinju.
Sambal disana tidak ada yang pedas
Satu hal yang paling saya nggak suka
adalah sambal tapi tanpa sambal makanan menjadi hambar. Saya sering
berkata demikian, namun selalu dikhianati oleh kata-kata sendiri. Yah,
ternyata saya memang penyuka sambal. Untuk menu makanan disini memang
sangat beragam dan unik-unik. Tapi ada yang lebih unik disini, ketika
menyantap makanan dengan sambal, kok rata-rata sambal-sambal disini
nggak ada yang pedas. Yah, kultur memang mempengaruhi peradaban tiap
negara rupanya.
.
Nah, itulah perbedaan yang saya temukan
di negara ini. Menarik dan sangat unik tentunya. Sekarang, biarkan saya
berenang sejenak. Menatap bibir pantai dihembusan ombak yang
mendayu-dayu. Seksi dan meningkatkan hasrat lelaki saya. Thailand
mengajarkan saya bahwa dunia ini begitu indah. Masih banyak negara yang
ingin saya kunjungin.
Nice trip and thanks
Sumber : Deckz bilang klik
disini.